100 tahun kebangkitan nasional
Seratus Tahun Lalu, Kini Tiba Lagi: Pidato Ketua Umum pada Peringatan Kebangkitan Nasional 2008 Yogjakarta
Submitted by marsudi on Tue, 05/08/2008 - 10:52 Seratus Tahun Lalu, Kini Tiba Lagi
Satu dekade sudah bangsa ini membulatkan tekad untuk bangkit
Bangkit dari kepapaan dan kehinaan
Bangkit dari kebodohan dan kejumudan
Bangkit dari tanpa harapan menjadi keniscayaan
Bangkit untuk menentukan nasibnya sendiri
Kini, kita sudah merasakan dan menikmati kebangkitan yang digagas sembilan orang Boedi Oetomo
Jangan biarkan niat dan tekad mereka sirna begitu saja tanpa makna. Kita berdosa bila mengabaikan cita-cita mulia mereka
Seratus tahun sudah cita-cita itu berlalu
Sudah semestinya kita senantiasa menghargai perjuangan para pendiri bangsa ini yang telah rela berkorban untuk kita, anak cucunya
Menghargai dengan perbuatan
Semua elemen bangsa harus bangkit bersama
Tidak hanya dengan kata-kata
Hari ini, sudah satu abad kebangkitan bangsa
Bangsa ini bangsa besar. Tanah airnya kaya raya. Bangsa ini telah memberikan segalanya buat kita
Saatnya kita berterimakasih pada tanah tumpah darah ini. Berterimakasih dengan perbuatan.
Kita yang hadir bersama disini bertekad untuk memberikan yang terbaik buat bangsa. Apa saja yang kita bisa.
Bila kita semua berbuat sekarang,
Martabat dan kemuliaan bangsa akan ada pada jiwa rakyat Indonesia.
Dan generasi kelak akan mengenang bahwa kita telah melakukan perbuatan mulia, bukan sebaliknya
Seratus tahun jiwa bangkit sudah merasuk dan mendarah daging dalam bangsa ini
Kita lahir dan hidup di bumi nusantara ini
Bumi yang mampu menyejahterakan penduduknya
Bumi yang mampu mengantar putra-putrinya sejajar dengan bangsa-bangsa di dunia
Bumi yang melahirkan pahlawan-pahlawan pendiri Indonesia
Namun sayang, hanya saja karena salah kelola
Yang ada rakyat makin sengsara
Kata putus asa ada dimana-mana diseluruh pelosok negeri
Keramahan berubah menjadi kecurigaan
Kemakmuran berubah menjadi kenistaan
Harapan berubah keputusasaan
Martabat berubah menjadi melarat
Pemberi berubah menjadi pengantri
Akankan kita mendiamkan keadaan ini berlarut dan tidak berbuat. Rasanya tidak tega melihat senyum tulus anak-anak kita, senyum keceriaan, senyum keikhlasan
Jangan sampai kita semua yang hadir disini dicap oleh anak cucu kita sebagai pengkhianat bangsa, karena tak mampu memperjuangkan dan mewujudkan cita-cita sederhana mereka
Cita-cita untuk menjadi bangsa yang bermartabat. Sebagaimana seratus tahun lalu boedi oetomo telah memperjuangkan untuk kita
Saatnya kita berbuat untuk anak cucu kita Dengan perbuatan mulia semampu kita
Siapa saja
Dan saat ini juga
Salam kebangkitan!
Tidak ada komentar