LEBARAN DI KOTA LEMANG TEBING TINGGI
Berlebaran bagi ummat Islam tentunya suasana yang sangat berbeda dengan hari – hari biasanya, kunjung mengunjungi keluarga tentunya sangat menyenangkan melepas rindu sekaligus mempererat silaturrahmi dalam keluarga. Kali ini saya dan keluarga pada 1 syawal 1430 H setelah berlebaran mengunjungi seluruh keluarga yang ada di Kota Medan bersilaturrahmi saling bermaaf-maafan, juga harus mengunjungi satu tempat yang tidak layak dibilang menantu yang baik kalau tidak datang ke tempat yang satu ini yaitu ke kota Tebing Tinggi. Biasnya saya dan keluarga ke Kota Tebing Tinggi pada lebaran kedua, namun karena keluarga yang datang dari jakarta juga sudah sampai di Kota lemang tersebut kamipun mempercepat jadwal keberangkatan kami Ke Kota Tebing Tinggi. Rencana sudah di susun berlebaran sekaligus liburan di kota yang tempat wisatanya belum banyak tergali ini.
Sebagai wilayah bekas Kerajaan Melayu Padang, hingga kini masih berdiri bangunan bekas Istana Kerajaan Padang di Jl KF Tandean, Bulian. Istana ini masih bertahan walau bukan bahagian utuh lagi. Lokasi Istana yang menuju Pantai Keladi ini, sekarang diurus oleh waris kerajaan dari turunan Tengku Irwan Hasyim(Tengku Irwan Hasyim adalah Putra dari Tengku Hasyim, beristrikan Tengku Ina Nazli, walau beliau juga pernah beristrikan seorang Swiss). Disisi kiri Istana terdapat Kompleks Pusara Bangsawan Padang. Masih terdapat beberapa rumah melayu lama dibeberapa tempat di Kota Tebing Tinggi, seperti di daerah Bulian ujung; sebuah Rumah berornamen melayu bekas kediaman Tengku Tokoh. Di Jl Syech Baringin, terdapat Makam Tuan Syech Baringin, seorang Sufi yang disegani di wilayah ini pada masanya. Di kompleks makam Sang Sufi masih berdiri Bekas rumah kediamannya yang mirip Rumah Gadang Sumatera Barat. Sayang, Kondisinya sangat memprihatinkan Di Tebing tinggi ada beberapa sungai yang berpantai pasir. Walau tanpa pengembangan lokasi-lokasi ini sering dijadikan tempat wisata lokal bagi masyarakat tempatan.
Diwilayah Sungai Sigiling dan Batu Ampat, ada terdapat kolam pemancingan dan kolam rekreasi yang dikelola atas swadaya masyarakat sendiri. Pada sabtu malam dan rabu malam, pemuda pemudi banyak juga menghabiskan paruh malam di sekitar Lapangan Jl Sutomo yang di kenal dengan Lapangan Sri Mersing. Ada sebuah keunikan pada malam-malam Hari Raya, Budaya berkeliling kota dengan beca bisa kita saksikan sebagai sebuah wisata muatan lokal. Sebuah beca bisa berisi 8 hingga 10 penumpang. Hutan beca sepanjang malam hari raya mempunyai kekhasan tersendiri. Antara penumpang beca satu dengan penumpang beca yang lain dibenarkan saling berlempar-lemparan air atau menembak dengan pistol air; tidak ada kemarahan. Entah kapan budaya ini bermulai, tetapi kebiasaan ini berlangsung setiap tahunnya.
MAKANAN KHAS
Lemang
Makanan dari kota Tebing Tinggi adalah Lemang. Lemang merupakan makanan dari beras ketan yang dimasak dalam seruas bambu, setelah sebelumnya digulung dengan selembar daun pisang. Gulungan daun bambu berisi tepung beras bercampur santan kelapa ini kemudian dimasukkan ke dalam seruas bambu lalu dibakar sampai matang diatas tungku panjang. Lemang lebih nikmat disantap hangat-hangat, dengan campuran selai bahkan durian.
Pusat penjualan lemang di Tebing Tinggi adalah di seruas jalan bernama Jl. KH Dahlan berseberangan dengan Masjid Raya Tebing Tinggi, masyarakat lebih mengenalnya sebagai Jalan Tjong Afie. Lemang yang paling terkenal adalah Lemang Batok. Lemang produksi kota Tebing Tinggi sangat terkenal lezat dan lemak. Karena kelezatannya itulah kota Tebing Tinggi juga dijuluki sebagai Kota Lemang.
Kue Kacang
Sejak sekitar tahun 2005 di Tebing Tinggi muncul makanan baru, yakni Kue Kacang (di kota lain disebut Bakpia). Kue kacang yang terkenal adalah kue kacang bermerek Rajawali, Beo dan Garuda. Kue kacang banyak d jual di terminal Pajak (Pasar) Mini Tebing Tinggi. Karena kelezatannya dan harga yang ekonomis, Kue Kacang mulai menjadi ikon baru kuliner Tebing Tinggi selain Lemang
Halua
Halua merupakan manisan khas melayu. Halua bisa terbuat dari Buah Pepaya yang ditebuk atau dibuat anyaman yang disebut Buku Bemban, Pucuk Pohon Pepaya, Buah Paria, cabai, Meregat, Gelugur, dan berbagai bahan lainnya. Meskipun tidak menjadi produksi bisnis, Halua akan tetap ada dalam upacara adat maupun lebaran.
Berkunjung ke Tebing tinggi kota kecil yang bersejarah ini tentunya sangat mengasyikkan buat saya menghadirkan kenyamanan dan sekaligus mempunyai kenangan tersendiri buat saya, kalau ada ceritanya judulnya tentunya “Mengejar Cinta ke Tebing Tinggi” kenangan tertarik dengan gadisnya kota ini.
Tidak ada komentar